google-site-verification: google86a9065c9fbdbd73.html

CERITA DEWASA TERBARU | Memek Gadis Perawan 17 Tahun


Cerita Dewasa Perawan Sedarah ini berkisah tentang seorang adik yang merenggut keperawanan kakak perempuannya. Berikut ini cerita lengkapnya! Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap.

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga… dia menjawab:

“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna”

“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”

“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka” katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”.

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:

“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”

“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya

“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani

“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

“Kenapa dimatiin” kataku

“Udah cukup panas kak” katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.

“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku

“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku

“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya

“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string.

“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu.

“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakm John, inget dong”

Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”

“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.

“Jangan disini” pintaku.

“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku.

“Kakak belum siap” kataku.

“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang…

“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku

“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali…

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….

“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku…

“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar… dia kesulitan…

“Mana lubangnya kak..” katanya.

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…

“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”.

“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.

“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai membuat aku gemas….

“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura…..

“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”

“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.

Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku”

Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…” teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku…

“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.

“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.

“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…

“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. “kenapa adikku????”

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.

CERITA DEWASA TERBARU | Ngentot Paling Enak Sama Tante



Ngentot Tante KesepianKisah seks dewasa hubungan perselingkuhan antara seorang priad dengan seorang wanita paruh baya yang mendambakan seks karena jarang disetubuhi oleh suaminya. Simak kisah lengkapnya berikut ini!

Tante Yeni seorang keturunan chinese dan jawa. Orangnya mungil dengan tinggi 155 cm dan berat 50 kg. Cukup seksi untuk seorang berusia 35 dengan tiga orang anak. Payudaranya berukuran 36A. Rambutnya lurus dan berkacamata minus. Tante Yeni cukup cantik karena sebagai pengusaha dia sangat memperhatikan penampilan dan kebugaran tubuhnya. Orangnya teliti, tegas, agak acuh dan tipikal wanita yang mandiri

Setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumahku. Tante Yeni tidak ada dan di rumahnya hanya ada si bungsu Cynthia dan pembantunya, Mbak Ning. Cynthia yang masih kelas 4 SD sedang bermain-main boneka. Aku sangat menyukai anak kecil. Melihat Cynthia, aku jadi ingin bermain-main dengannya. Beralasan menunggu Tante Yeni pulang, aku kemudian meluangkan waktuku untuk bercakap-cakap dengan Mbak Ning dan bermain boneka dengan Cynthia.

Tak lama aku mulai akrab dengan Mbak Ning dan Cynthia. Mbak Ning ini, biar pun pembantu rumah tangga, tetapi sikap dan cara berpikirnya tidak seperti gadis desa. Dia cukup cerdas dan bagiku, hanya kemiskinanlah yang membuatnya harus rela menjadi pembantu. Seharusnya dia bisa menjadi lebih dari itu dengan kecerdasannya.

Setelah hampir satu jam aku di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan Mbak Ning.

“Kamu bisa akrab juga dengan Cynthia.. Padahal si Cynthia ini agak sulit berinteraksi lho dengan orang baru..” sapa Tante Yeni ramah. Harum tubuhnya membuatnya terlihat semakin cantik.

“Iya nih.. Mungkin Cynthia suka dengan Om Boy yang lucu.. Ya kan Cynthia?” candaku sambil mengusap kepala Cynthia. Gadis kecil itu tersenyum manis.

“Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?”

“Ada dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada karyawanmu, Cie.” Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan “Cie” karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula, panggilan “Cie” akan membuatnya merasa lebih muda.

Sejak hari itu, aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik. Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju membayarku tinggi.

Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, “Hai say.. Lg ngapain? I miz u. Pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen kita bercinta lagi..”

Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni! Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! Tak lama kemudian Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu.

“Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini..” Wah, untung aku dan Tante Yeni sudah akrab. Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah.

“Maaf, Cie. Aku salah kirim. Pas lagi horny nih. :p Maaf ya Cie..” balasku. Aku sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni.

“Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”

“Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie..”

Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku.

“Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab daripada biasanya.

“Di kamar sendirian, Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan deh aku lagi pengen..” jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru kali ini aku mendengarnya tertawa sebebas ini.

“Aku tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”

“Hm.. Tapi memang aku alim lho, Cie..” kataku bercanda.

“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”

“Ya teman lama, Cie. Partner sex-ku yang pertama.” Aku bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa Tante Yeni bisa mengerti aku.

“Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran. Aku yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.

“Kami bersahabat baik, Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.

Aku tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, aku baru satu kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.

“Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”

“Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu.”

“Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?” selidik Tante Yeni.

“Kalau tentang Ria aku tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan pria lain. Aku pun begitu. Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Cie.”

“Oh.. Safe Sex ya? “

“Yup! Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” tanyaku melangkah lebih jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.

“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.

Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi.

“Ko Fery Impotent ya Cie?”

“Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku. Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”

“Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?” tanyaku.

“Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”

“Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni..” godaku asal saja. Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.

“Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”

“Cie Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini. Cie Yeni masih muda. 35 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di mataku..” aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.

“Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.”

Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat. Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.

Bergegas aku mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku masih tak habis pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni? Rasanya mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya.

Sampai di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya sedang sepi. Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi.

“Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usiaku masih lebih tua darinya.

“Oh iya.. Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kataku memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa aku datang.

Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni.

“Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Yeni.

Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah aku menutup pintu, belum sempat aku duduk, Tante Yeni sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa aku harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante Yeni inginkan. Aku akan mengikutinya. Kali ini aku main safe saja. No risk taking this time.

“Cie Yeni adalah masalah?” bisikku. Kurasakan pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku.

“Aku cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan kan aku memelukmu?” akhirnya Tante Yeni berbicara.

“Tentu saja aku tidak keberatan, Cie. Peluk saja sepuas Cie Yeni. Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku, kalau aku mampu, aku akan melakukannya.” Kurasakan tangannya mencubitku.

“Sok romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. Aku akan melakukannya.. Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku sudah sangat senang kalau kamu mau kupeluk begini..”

Benar juga kata Cie Yeni. Hari itu aku belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu saja, aku tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu. Dan aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.

“Cie Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” candaku. Memang benar aku merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan aku yakin perasaan Cie Yeni akan menangkap ketulusanku.

“Yah.. Aku simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan si Ning. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Yeni lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya.

Di satu sisi aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya kemungkinan gangguan adalah Cynthia.

Perlahan aku memberanikan diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya. Aku menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku.

“Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.

Aku yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny. Aku mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat.

Aku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku.

Dasar cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya.

“Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!” tegur Tante Yeni.

Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku.

Kini aku bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaku. Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku, sementara kepalaku, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar.

Aku bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras. Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Yeni semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku lebih kuat darinya karena aku rajin berolahraga menjaga stamina.

Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya cara lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.

“Ergh,” kudengar lenguhannya. Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.

“Boy..” rintihnya. Telinganya juga sensitif.

Aku bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah.

“Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..” jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.

“Cie Yeni cantik sekali. Aku sangat menginginkanmu, Cie.. Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku..” bisikku sambil terus mencium telinganya.

“Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut..” jawab tante Yeni.

Ya, aku harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat aku melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya.

“Aahh..” Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini aku sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi.

Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin intensif aku merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang. Aku seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya aku berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku semakin terbakar. Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan aku melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.

Perlahan penisku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Aku berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante Yeni.

Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya. Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu lama, aku sudah merasakan di ambang orgasme.

Segera kuhentikan aksiku. Kucabut penisku dan aku menenangkan diri. Kami berciuman. Aku tak mau birahi Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali memasukkan penisku. Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku. Aku memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Yeni yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh. Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman.

Aku heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas. Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme. Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.

“Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.

“Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.

Tante Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.

Sebenarnya aku ingin mengubah posisi lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Aku khawatir karena Mbak Ning cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak.

Dari bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.

“Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir..” rintihnya.

Tanganku meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru aku menyusul.

“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Yeni agak tidak jelas karena sambil menggigit bra.

Aku menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak. Aliran sperma dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Yeni semakin menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.

“Aargghh.. Sstt..”

Aku merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat penisku semakin panas. Tante Yeni orgasme sementara aku juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan aku mencabut penisku.

Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Spermaku berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan penisku, sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya. Dibandingkan ketika making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. I did it.

Tante Yeni segera mencari tissue dan membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku.

Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Aku sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

“Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali..” kataku.

“Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!” katanya bergurau tetapi dalam nada agak tegas.

Kami pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.

“Habis Cie Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari..” kataku membela diri.

“Terus terang aku juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah pengalaman, aku jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut melangkah. Untung kamunya nekat.. Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih ya..”

Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara manja seperti ini. Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada.

“Ya.. Aku juga senang sekali bisa memuaskan Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Cie Yeni kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”

“Bukan begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”

“Oh jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kataku menenangkannya. Aku tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil. Haha.. Yang ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin ya..)

“Yah baguslah. Aku juga suka karena kamu selalu terlihat bersih dan harum..” tante Yeni mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut. Kami terus berciuman sambil berpelukan.

Banyak pria melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman. Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para pria, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas aku mendengar suara Tante Yeni..

“Aku menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan. Kalau Cie Yeni membaca cerita ini, Cie Yeni pasti ingat bahwa kata-katanya sama persis dengan yang kutulis. (Kecuali namaku, yaa.. Hehe).

Sebetulnya aku harus menanyakan arti sex bagi Tante Yeni. Tapi aku menundanya. Aku pikir aku bisa menanyakannya lain kali. Entah mengapa aku tidak bertanya.

Lalu kami keluar dari ruangan itu. Aku tidak melihat Mbak Ning. Sengaja aku ke kamar mandi dan kemudian aku mengintip ke kamar Mbak Ning dari kaca nako kamarnya. Astaga, dia sedang berganti baju.

“Hayo.. Ngintip! Dasar cowok!” hardik Mbak Ning. Aku terkejut tapi tertawa.

“Maaf-maaf, kupikir dimana tadi kok tidak ada.. Aku pulang dulu ya..”

“Ya.. Ya.. Buka sendiri pagarnya yaa”

CERITA DEWASA TERBARU | Cerita Dewasa Seks Malaysia

CERITA DEWASA TERBARU | Cerita Dewasa Seks Malaysia
Cerita Seks Malaysia NgentotIni adalah kisah ngentot atau cerita dewasa seks dari negeri Jiran Malaysia. Mengisahkan petualangan seks seorang pria di warga Malaysia yang bersetubuh dengan wanita yang tak lain adalah isteri dari orang lain yang membuat nafsu birahinya tinggi. Selengkapnya, silahkan simak cerita lengkapnya berikut ini!

Ini adalah kisah diri aku. Sebagaimana kebanyakan lelaki lain, aku mempunyai nafsu terhadap perempuan. Yalah, lelaki mana yang tidak, kecuali yang gay sahaja. Tetapi nafsu aku ini bukannya pada anak dara sunti, tetapi pada perempuan yang telah berkahwin pada isteri orang lain. Nak tahu kenapa? Aku pun tak tahu. Mungkin sebab thrill untuk memikat perempuan yang telah berpunya. Kalau anak dara tu senang lekat sebab dia pun sedang mencari jugak.

Isteri orang ni lagi susah nak tackle, dan apabila dah dapat bukannya boleh bawak keluar sesuka hati di taman. Kena sorok-sorok dan senyap-senyap dari pengetahuan suaminya dan masyarakat yang lain. It is the thrills and the adventures of cheating with another man’s wife are the ones that made it really erotic. Aku mula mengenali nafsuku ini bila aku bertemu Zarina, isteri rakan karibku Kamal, semasa kami belajar di overseas.

Zarina ni memang cantik orangnya. Kulitnya yang sawo matang beserta dengan rupa paras gadis kampung Melayu menyebabkan aku geram padanya dan menambahkan keinginan untuk aku take up the challenge untuk memikatnya. Obsesi aku terhadap Zarina semakin membuak dari hari ke hari. Setiap malam, aku teringatkan wajahnya. Aku sanggup mengumpul gambar-gambarnya yang aku ambil tanpa pengetahuannya dengan menggunakan kamera zoom aku, dan kemudian merenung gambarnya itu setiap malam sambil melancap batang zakar aku sehingga ke klimaksnya sambil berfantasi seolah-olah aku menyetubuhi Zarina.

Tahun berganti tahun. Kami semua telah pulang ke Malaysia sibuk dengan karier masing-masing. Zarina dan Kamal telah mempunyai tiga orang anak, dan aku pula telah mempunyai seorang girlfriend bernama Linda. Walaupun sibuk dengan tugas masing-masing, kami sentiasa membuat gathering setiap hujung minggu: semua rakan-rakan akan berkumpul di rumah masing-masing mengikut giliran dari minggu ke minggu. Setiap gathering, aku mendekati Zarina, mencium perfume yang dipakainya dan menghidu rambutnya tanpa disedari olehnya, suaminya mahupun rakan-rakan yang lain.

Kadangkala, aku akan mengambil gambar group kami (kononnya), tetapi sebenarnya aku zoom kamera hanya pada Zarina seorang. Hubunganku dengan Linda adalah intim hanyalah sebab aku berfantasi bahawa Linda itu adalah Zarina. Setiap kali aku meniduri Linda, aku memejamkan mataku dan menganggap yang aku sebenarnya sedang menjamah tubuh Zarina. Walaupun kadang-kala aku memanggil nama “Ina” semasa aku sedang bersetubuh dengan Linda, dia tidak perasan kerana nama mereka hampir sama. Sehinggalah satu hari apabila Linda mengajak aku berkahwin, aku sedar bahawa selama ini aku telah menipunya-yang aku telah menggunakannya untuk memuaskan nafsu aku sendiri.

Aku tidak boleh mengahwini Linda kerana aku tidak mencintainya-dan aku tidak boleh membiarkan dirinya ditipu lagi. Aku mengambil keputusan untuk break-off dengan Linda. Dia mula-mula tidak dapat menerimanya dan menjadi emotional. Hampir dua bulan dia mengamok. What a mess. Tapi akhirnya, dia dapat menerima hakikat bahawa aku benar-benar tidak mencintainya. Dalam salah satu dari gathering biasa kami, Zarina terus meluru kepadaku..

“Jantan apa kau ni Faris? Setelah sedap kau tebuk dia, kau sanggup tinggalkannya begitu saja?” Zarina dengan lantangnya mempertahankan kaum wanita sejenis dengannya.
“I have my reasons, Zarina” aku jawab perlahan.
“Reasons? And what reasons might that be?” jawabnya dengan nada yang marah.
“Yang aku nampak, engkau hanyalah seorang yang irresposible!” Aku tidak menjawab.
“Well?” sambung Zarina. Aku masih menyepi. Jawapan yang ada masih rahsia kecuali pada diriku sahaja.
“Let’s go, Kamal” Zarina memberitahu suaminya.
“I don’t want to be around this filth!” Semasa mereka meninggalkan gathering tu, Kamal menepuk bahuku..
“Gimmie a call if you want to talk about it”

Malam itu aku tidak dapat tidur. Fikiran dah berserabut. Keesokkan harinya, aku tidak menghubungi Kamal, tetapi isterinya..

“Ina, I need to talk to you”.
“I have nothing to listen to you” Zarina menjawab ringkas.
“You want to listen to this”, aku membalas.
“Kalau kau nak tahu reasons why I dump Linda, jumpa aku waktu lunch nanti”

Semasa lunch, aku bawa Zarina ke sebuah restoran di Kuala Lumpur.

“Kenapa baru sekarang nak beri tahu?” Zarina bersuara sebaik sahaja kami duduk di meja makan.
“Semalam masa I tanyakan pada you, apasal senyap?”
“Sebab I only want to give the reasons to you” jawabku.
“To me?” Zarina memotong ayatku.
“I rasa the rest of us pun has the right to know”
“Shut up and listen” Jawabku tegas.

Zarina menyandarkan diri di atas kerusinya sambil menyimpul kedua belah tangannya. Aku mengambil nafas panjang.

“Okay, kau nak tahu sangat kenapa I dump Linda, well this is the answer.” Aku merenung terus ke dalam matanya.
“Zarina, ever since the first time I’ve saw you, I have been crazy about you. Setiap malam aku teringatkan kau, I have been fantasising with your pictures. Ya, Zarina, aku melancap setiap malam dengan gambar-gambar kau. Linda? She is nothing but a tool for my fantasy. Setiap kali aku mengucup bibirnya, bibir kau sebenarnya yang aku kucup. Setiap kali aku mengusap rambutnya, menjilat lehernya, merapa badannya, itu semuanya sebenarnya adalah perbuatanku pada kau. And everytime I fucked her, it is you whom I’m really fucking”

Muka Zarina terus pucat, tangannya menggeletar mendengar kata-kata lucah yang baru aku ucapkan padanya. Dia kemudian meletakkan tangannya ke atas meja. Aku terus mencapainya. Apabila aku memegang tangannya, dia terkejut dan menariknya balik. Zarina kemudian bangun dari kerusinya, masih dalam keadaan terkejut sambil berkata..

“I, I have to.. Go..” Aku terus mengekorinya keluar dari restoran tersebut. Zarina terus menahan sebuah teksi yang berhampiran. Aku dengan pantas memegang tangannya.
“Let me go, you sick bastard!” dia menjerit.
“Everything I said to you is the truth, Zarina. I want you”
“I am a married woman! I am married to your best friend!”
“I don’t care.”
“I am a mother of three children! I have a wonderful husband and a perfect family”
“I still don’t care.” Air mata mengalir keluar dari mata Zarina.
“Let me go, please” jawabnya perlahan.

Aku melepaskan tangannya. Dia terus masuk ke dalam teksi dan mengarahkan pemandu itu beredar dari situ dengan segera. Zarina menutup matanya dengan tangannya sambil menangis. Selepas insiden itu, aku tidak berjumpa Zarina selama hampir sebulan. Setiap kali ada gathering, Zarina tidak ikut Kamal sekali.

“Mana bini kau, Mal?” tanya Azlan, kawanku.
“Tak sihatlah, ada kat rumah jaga budak-budak” jawab Kamal selamba.
“Hai, takkan tiga minggu tak sihat, mengandung lagi ke?” Azlan berjenaka.
“Taklah, I think three is enough” jawab Kamal sambil tersenyum.
“You alright?” aku menghampiri Kamal
“Sejak dua tiga minggu ni aku nampak kau muram semacam je”
“I’m fine, well” Kamal menarik nafas panjang.
“Sebenarnya tak jugak.”
“What happened?” aku menanya.
“Tak tahulah, Faris. Sejak dua tiga minggu ni, Zarina asyik naik angin je. Itu tak kenalah, ini tak kena lah.” Kamal memulakan ceritanya.
“Ina ada beritahu kau sebabnya?” aku memberanikan diri bertanya.
“Tak pulak, itu yang aku bengang tu. Mood dia ni unpredictable lah.” Kamal menggelengkan kepalanya.
“Next week turn rumah kau pulak. Hopefully, kita orang dapat cheer her up” aku menjawab.

Sebenarnya memang aku rindukan Zarina. Aku memang looking forward nak berjumpa dia minggu berikutnya. Aku dah tak kisah pada apa yang aku cakapkan padanya masa di restoran tempoh hari. Setiap hari aku mengira waktu bila akan dapat berjumpa dengannya. Walaupun aku boleh berjumpa dengannya secara personal di pejabatnya, tapi aku mengambil keputusan untuk tunggu hingga gathering rumah Kamal.

Pada hari tersebut, aku segaja melambatkan diri. Aku mahu lihat reaksi Zarina apabila aku sampai. Apabila tiba di rumah Kamal, semua rakan-rakan telah berada di situ. All the guys tengah melepak kat living hall sementara yang ladies tengah sibuk berceloteh di dining. Budak-budak kecik pulak tengah asyik bermain di luar rumah. Aku perasan Zarina bersama mereka. Mula-mula dia kelihatan tenang, tapi setelah sedar bahawa aku berada di dalam rumahnya, dia nampak semakin gelisah.

Sepanjang malam itu, aku mencuri-curi bermain mata dengan Zarina tanpa pengetahuan Kamal dan rakan-rakan yang lain. Setiap kali ada seseorang buat lawak, aku akan merenung Zarina dengan tajam. Zarina makin lama makin tak senang duduk. Dia beralih dari satu tempat ke satu tempat, bermain-main dengan tangannya yang kadangkala semakin menggeletar. Ada kalanya matanya akan bertemu dengan mataku, tetapi dengan pantasnya dia akan cuba mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Akhirnya Zarina semakin gelisah dan masuk terus ke dapur.

“Mal, aku nak tumpang tandas kau sekejap lah” kataku pada Kamal sambil berjalan menuju ke dapur rumahnya.
“Haa.. Ada kat belakang tu.” jawab Kamal sambil melayan rakan-rakan yang tak kering gusi berjenaka.

Aku masuk ke dalam dapur dan mendapati Zarina berada di situ sedang menyiapkan air untuk para tetamunya. Aku dengan perlahan menutup pintu dapur supaya rakan-rakan di luar tidak nampak kami berdua.

“What the hell are you doing in my house?” Zarina menanya dengan nada yang marah bercampur gelisah.
“Suami kau yang ajak aku sini. Aku datanglah.” aku jawab selamba saja.

Ina terus senyap. Dia terus membuat kerjanya di dapur membancuh air. Tetapi jelas bahawa dia tak dapat nak concentrate dengan apa yang dia lakukannya sendiri. Aku mendekatkan diriku kepadanya dari belakang secara pelan-pelan.

“Aku dengar kau ada gaduh dengan laki kau?” aku bisik di telinganya. Zarina tersentak sekejap. Air yang disediakannya tertumpah sedikit ke dalam sinki dapurnya.
“Kalau iya pun, it’s none of your fucking business” Zarina menjawab.
“No, Zarina. I think it’s all got to do with my fucking business” jawabku kembali.

Aku kemudian dengan perlahan-lahan memeluk pinggannya dari belakang. Zarina dengan pantas meletakkan dulang gelas-gelas minuman yang disediakannya di atas dapur dan terus berpusing menghadapku sambil tangannya cuba untuk menolak dadaku keluar.

“Faris! Get you bloody hands off me!” Zarina meninggikan suaranya kepadaku sambil bergelut untuk melepaskan dirinya dari pelukanku.
“Or what?” aku bertanya sambil tensenyum sinis.

Aku menguatkan lagi pelukanku pada Zarina. Inilah pertama kalinya aku mendapat rasa tubuh Zarina yang sekian lama aku idamkan. Dalam sekelip mata sahaja, batang zakar aku menjadi keras dan tegang. Aku mengalihkan tangan kananku dari pinggang Zarina ke punggungnya dan kemudian meramas sambil menekan punggungnya itu ke arahku sehingga batang zakar aku yang keras itu menekan celah kangkangnya.

“Faris!” Zarina mula panik
“Kalau kau tak lepaskan aku, aku akan jerit sekuat-kuatnya!” dia mengugut.
“Nak jerit?” aku mengacahnya.
“Jeritlah. Jerit sekuat-kuat hati kau. Biar suami kau dan rakan-rakan kita semua tahu yang kau dan aku sedang berpelukan dengan intim dalam dapur kau ni.”

Zarina dah mati akal. Tenaga yang ada pada dirinya tidak cukup kuat untuk melepaskan dirinya dari pelukanku yang semakin kuat. Air matanya bergelinangan.

“Faris!” suaranya semakin sebak.
“What the hell do you want?”
“Kan aku dah beritahu kau tempoh hari. I want you” aku terus menjawab.

Kemudian tangan kiriku terus memegang belakang kepalanya dan menariknya ke arahku. Aku terus mengucupnya dengan kucupan yang paling berahi. Apabila mulut kami bertemu, Zarina semakin panik. Dia cuba untuk bergelut melepaskan dirinya tetapi tidak terdaya. Dia juga cuba menjerit di dalam mulutku.

“Hhmm!! Mmnn!! Mnnggh!!” suaranya ditenggelami di dalam kucupanku.

Apabila Zarina cuba menjerit, mulutnya terbuka sedikit dan aku dengan pantas mengambil kesempatan itu untuk menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya sambil meraba-raba lidahnya. Kucupanku pada Zarina semakin berahi apabila aku menolak ke seluruh badan Zarina dengan tubuhku sendiri ke belakang menyebabkan dia hampir jatuh ke lantai, tetapi belakang badannya tersentak pada sinki dapurnya.

Aku mengangkat keseluruh badan Zarina dan menyandarkannya pada sinki tersebut. Kakinya sekarang tidak lagi terjejak pada lantai. Semuanya ini dilakukan tanpa aku melepaskan mulutku dari mulutnya. Oleh kerana tubuh badan Zarina sekarang berada tersepit di antara tubuhku dan sinki dapurnya, kedua belah tanganku sekarang bebas bergerak. Tangan kiriku terus mencapai buah dada kiri Zarina dan aku meramasnya dengan penuh nafsu, sementara tangan kananku pula menyelak kain Zarina dan terus meramas faraj di celah kakinya.

Apabila aku menjumpai seluar dalam Zarina, aku cuba menariknya keluar. Zarina terus bergelut. Kemudian aku menyeluk tangan kananku ke dalam seluar dalamnya dan terus meraba sambil meramas faraj Zarina. Dalam pada aku sedang menanggalkan seluar dalam Zarina, tiba-tiba suara Kamal kedengaran dari luar dapur..

“Ina, Ina. Are you in there, sayang?”

Setelah mendengar suara suaminya yang akan masuk ke dapur, Zarina semakin panik..

“Mmaarggh!! Uurggh!!” jeritnya sambil memukul-mukul aku dengan tangannya.

Aku melepaskan mulutku dari mulut Zarina. Air liur dari kedua-dua mulut kami melimpah turun ke dagu dan leher Zarina. Aku dengan pantasnya mengangkat diri aku dari tubuh Zarina apabila aku mendengar tombol pintu dapur dipusing. Aku terus bergerak ke arah bilik belakang. Oleh kerana Zarina sebelum ini tidak mempunyai sokongan tempat untuk dia berdiri, dia terus terjatuh ke atas lantai apabila aku melepaskannya dia. Dengan pantas dia bangun menghadap sinki apabila pintu dapur dibuka. Dia tidak sempat untuk menarik balik seluar dalam yang tersangkut di lututnya tetapi dia sempat untuk memperbetulkan kainnya menutup kakinya semula. Buah dara kirinya lagi masih terkeluar dari baju dalamnya.

“Sayang, apa yang you buat dalam dapur lama ni?” jenguk Kamal kepada isterinya.
“Tak ada apa-apa Bang, Ina cuma nak buat air je ni” jawab Zarina sambil membelakangkan suaminya.

Keadaannya di hadapannya memang kusut. Mulut, dagu dan lehernya penuh dengan air liur kami berdua, buah dada kirinya masih tergantung keluar dari bajunya dan beberapa butang bajunya juga terlucut. Air matanya bergelinangan keluar.

“Cepatlah sikit, ramai orang yang haus ni” tegur Kamal yang langsung tidak sedar apa yang telah terjadi pada isterinya itu.

Kamal kemudiannya keluar dari dapur tersebut. Aku melihat Zarina dari dalam bilik belakang. Dia melepaskan nafas yang panjang dan kemudian tercungap-cungap menangis. Apabila dia sedar yang aku sedang merenungnya, dia berhenti menangis dan membalas renunganku tetapi dengan perasaan yang benci. Sambil pendangannya tidak berganjak dari mataku, dia menarik semula seluar dalamnya ke atas, memperbetulkan buah dadanya ke dalam branya dan membutangkan semula bajunya. Aku mengampirinya dengan perlahan.

“Apa lagi yang kau nak?” suara Zarina antara kedengaran dan tidak.
“Dah puas meraba isteri orang?” sambungnya.
“Belum,” jawabku ringkas.

Aku terus meninggalkan dapur itu. Malam itu aku tersenyum di atas katilku. Di dalam fikiranku, aku cuba bayangkan apa yang sedang berlegar di dalam kepala otak Zarina pada ketika ini. Sanggupkah dia memberitahu Kamal tentang apa yang berlaku pada dirinya siang tadi? Aku rasa tidak. Kalau ada sudah tentu dia memberi amaran kepada Kamal tentangku sejak insiden di restoran tempoh hari. Keesokkan paginya, aku menghubungi pejabat Zarina.

“Minta maaf, encik,” jawab receptionist pejabatnya.
“Puan Zarina ambik MC Hari ini”

Aku pun bergegas ambil emergency leave and terus pergi ke rumah Zarina. Apabila aku sampai di rumahnya lebih kurang jam 9.30 pagi, aku dapati yang dia baru pulang dari menghantar ketiga-tiga anaknya ke taska. Sebaik sahaja Zarina perasan kehadiranku, dia terus berlari masuk ke dalam rumahnya. Aku terus mengejarnya dan sempat menolak pintu rumahnya terbuka sebelum dia dapat menutupnya. Apabila telah masuk aku terus mengunci pintu rumahnya dari dalam. Aku kemudiannya terus menghampiri Zarina. Pada mulanya dia cuba berundur dua tiga tapak bila aku mendekatinya, tetapi langkahku kebih panjang menyebabkan aku dapat mencapainya dengan senang. Aku terus memeluk tubuh badannya dengan erat.

“Faris” Zarina memulakan kata-kata.
“Aku tidak berdaya nak melawan kau.. Tolonglah lepaskan aku” dia merayu.
“Tidak,” jawabku.

Aku mengusap rambutnya dengan perlahan sambil merenung terus ke dalam matanya. Rupa Zarina comot betul pagi itu. Inilah pertama kalinya aku melihat Zarina tanpa sebarang make-up pun padanya. Rambutnya tidak terurus, matanya masih merah akibat kekurangan tidur, pipinya berbekas air mata yang telah kering. Selalunya aku akan bau wangian perfume di badannya, tetapi pagi ini badannya yang belum mandi itu berbau masam, sementara nafas mulutnya masih berbau air liur basi semalam. Tetapi yang anehnya, shalwat aku semakin berahi. Nafsuku terhadap Zarina semakin memuncak.

Aku melihat tubuh badan Zarina dan menghidu bau badannya sebagaimana keadaan semula jadinya, bukannya berselindung di sebalik topeng kosmetik atau wangi-wangian tiruan. Aku dengan perlahan merendahkan mulutku dan terus mengucupnya dengan perlahan dan penuh kasih sayang.. Tidak seperti yang aku lakukan semalam. Pada mulanya, apabila bibir kami bertemu, Zarina tersentak sebentar kerana menyangka yang aku akan mengasarinya. Tetapi setelah merasai kelembutan kucupan yang berbeza itu, tubuh badannya semakin relaks. Setelah hampir dua minit kami berkucupan, Zarina dengan perlahan menarik mulutnya keluar.

“Jangan, Faris” ulanginya.
“Kalau Kamal dapat tahu tentang perkara ni he will kill us both”
“He won’t find out”, aku membalas.

Aku mengucup bibirnya kembali. Kali ini Zarina merelakan kucupanku. Dengan perlahan dia memeluk leherku. Aku pun mengangkat dan mendukung tubuh badannya naik ke tingkat atas rumahnya. Aku terus mendukungnya masuk ke dalam bilik tidurnya dan dengan perlahan membaringkan tubuhnya di atas katilnya. Sepanjang perbuatan ini, aku tidak sekalipun melepaskan kucupanku itu. Setelah membaringkan Zarina di atas katilnya, aku duduk sebentar sebelahnya dan melihat tubuh badannya dari atas sehingga ke bawah.

“God, you are so sexy,” bisikku padanya.

Aku kemudiannya membaringkan tubuhku di atas tubuhnya dan kami berpelukkan dengan penuh erat sambil mulut kami bercantum semula. Aku membelai tubuh badannya dengan perlahan-lahan. Aku telah menanti saat untuk meniduri Zarina bertahun-tahun lamanya, jadi aku tidak akan tergopoh-gapah melayannya. Setelah hampir sepuluh minit kami berpelukan dan berkucupan di atas katil itu, aku mengalihkan mulut dan lidahku pada bahagian-bahagian lain di badannya. Mula-mula aku menjilat pipinya dan telinganya. Tanganku pula aku alihkan pada kedua-dua payudaranya dan meramas-ramasnya dengan perlahan.

“Sayang,” aku bisik ke dalam telinganya.
“Hmm” jawab Zarina dengan manja sambil matanya tertutup menikmati foreplay yang sedang aku berikan padanya.
“Aku mahukan tubuhmu, sayang” sambungku sambil menjilat-jilat telinganya. Tanganku dengan perlahan membuka butang baju tidurnya.
“Oohh” Zarina mengerang dengan perlahan.

Apabila aku telah dapat membuka menanggalkan pakaian tidurnya, aku terus mengalihkan mulutku ke bawah dengan perlahan-mula-mula pada lehernya, dan kemudian dengan perlahan aku menjilat dadanya sehinggalah sampai kepada payudaranya. Akupun memasukkan payudara Zarina ke dalam mulutku dan menghisap sekuat hati.

“Aarrgh” jerit kecil Zarina.

Aku dapat merasakan susu dari payudaranya keluar, masuk ke dalam mulutku. Tetapi aku tidak menelan susu itu. Sebaliknya aku membiarkan ia meleleh keluar dari mulutku membasahi payudara Zarina. Dalam beberapa minit, kedua-dua payudara Zarina basah dengan keputihan susunya sendiri. Aku kemudiannya menurunkan mulutku dan menjilat perutnya, sambil kedua tanganku mula untuk menanggalkan seluar tidurnya.

Apabila seluarnya telah tanggal, maka tiada lagilah seutas benang lagi di atas tubuhnya. Buat pertama kalinya aku dapat melihat apa yang aku cuba fantasikan sejak bertahun-tahun: tubuh badan Zarina yang bogel. Bentuk tubuh badan Zarina sebenarnya tidaklah sebegitu hebat seperti yang aku selalu mimpikan. Kedua-dua payudaranya sudah tidak tegang lagi, sementara lubang farajnya juga agak besar dan bibir farajnya terjuntai keluar. Jika nak dibandingkan dengan faraj Linda dan masih merah dan muda, faraj Zarina sudah coklat dan berkedut.

Iya lah, inilah rupanya bekas orang-entah berapa ribu kali Kamal menyetubuhi Zarina dalam jangka waktu perkahwinan mereka, termasuk juga tiga orang bayi yang telah keluar melalui lubang itu. Tapi aku tidak sedikitpun kisah tentang semua ini. Kalau aku mahukan yang fresh, tentu aku tidak tinggalkan Linda yang masih muda. Dengan perlahan aku menyelak bibir faraj Zarina sambil menghidu bau lubangnya yang kuat dan tebal. Tetapi bagi aku, bau faraj seorang wanita adalah bau yang paling romantik yang pernah aku hidu. Aku memasukkan lidahku ke dalam lubang farajnya dengan perlahan.

“Mm.. Mm..” Zarina mengerang dengan manja sambil mengigit bibir bawahnya sambil menikmati oral sex yang sedang aku berikan kepadanya.

Sambil aku menjilat farajnya, sambil itu aku menanggalkan baju dan seluarku. Kami sekarang tidak mempunyai sehelai pakaian pun menutupi tubuh kami. Aku meneruskan jilatanku di sekitar dinding lubang farajnya sehingga air mazinya dan air liurku membasahi keseluruhan farajnya. Rasa air mazinya dan farajnya berbeza dengan Linda. Zarina punya lebih kelat dan pekat berbanding Linda yang lebih masin. Aku hilang pengiraan waktu semasa aku berada di celah kangkang Zarina itu.

Aku rasa aku menghabiskan masa lebih dari lima belas minit menjilat farajnya itu. Aku kemudiannya mengalih mulutku ke biji kelentitnya pula. Aku mengulum kelentit Zarina sambil menyedut dengan perlahan. Lidahku bermain-main dihujung kelentit nya. Kaki Zarina semakin gelisah dan suaranya semakin kuat mengerang.

“Oohh.. Mmggh.. Huurgh ” bunyinya setiap kali aku menjilat kelentitnya.

Tangannya sekarang sedang meramas rambutku. Aku memasukkan jariku ke dalam lubag faraj Zarina sambil mulutku masih bermain-main dengan kelentitnya. Dengan perlahan aku memasukkan jari-jariku masuk ke dalam farajnya sehingga aku menjumpai G-spotnya. Apabila jari tengahku dapat menyentuh G-Spotnya, dengan spontannya badan Zarina kejang dan dia menjerit kuat, “Aarrgh!!” Aku terus menggosokkan jariku ke G-Spotnya sehinggalah dia mencapai klimaks.

“Oohh!! Faris!! Fariiss!!” jeritnya sambil badannya terangkat ke atas dan segala ototnya kejang seketika.

Air maninya mengalir keluar dari farajnya membasahi keseluruhan tanganku. Setelah tamat klimaksnya yang panjang itu, badannya rebah kembali ke atas katil. Peluh dari tubuhnya menitik keluar. Aku pun bangun dari celah kangkang Zarina dan merenung matanya.

“Faris” sebut Zarina dengan nada yang keletihan.
“Belum habis lagi, sayang. I’m going to fuck you” jawabku.

Aku memegang batang zakarku yang tegang dan keras itu dan memasukkannya ke dalam lubang faraj Zarina. Setelah kepala zakarku telah masuk ke dalam lubang farajnya, aku menyandarkan badanku di atas badan Zarina dan mengucup bibirnya berkali-kali. Sambil itu, aku memulakan pendayungan. Mula-mula dayungan aku perlahan dan lembut. Waktu ini aku dapat rasa yang lubang faraj Zarina agak longgar jika dibandingkan dengan lubang Linda.

Oleh kerana lubangnya penuh dengan air maninya sendiri, setiap kali aku menghunus batang aku dalam ke lubangnya, bunyi kocakkan air maninya kuat seperti bunyi memukul air dengan belati. Air faraj Zarina melimpah keluar membasahi cadar katilnya. Aku kemudiannya mengangkat kedua-dua kaki Zarina ke menolaknya atas katil. Lubangnya farajnya terbuka lebih luas dan aku dapat menghunus batang aku jauh ke dalam.

“Oohh oohh. Oohh oohh!!” jerit Zarina setiap kali aku mengunus batangku ke dalam.

Aku mengangkat punggung Zarina dan menyorongkan sebuah bantal di bawahnya, kemudian menolak kedua-dua kaki Zarina sehingga kepala lututnya berada di sebelah telinganya. Batang zakar aku sekarang dapat bergesel dengan dinding depan farajnya dan betul-betul jauh ke dalam. Kepala zakar aku menjumpai G-spotnya dan aku terus mendayung dengan lebih laju ke arah itu. Nikmatnya sungguh lazat sekali bagi aku dan juga Zarina. Aku tidak pernah merasa kelazatan seks yang begitu indah sekali sebagaimana yang aku sedang menikmatinya. Dan aku tahu yang Zarina pun merasai kenikmatan tersebut apabila dia meramas dan menarik punggungku dan mempercepatkan dayungan batangku ke dalam farajnya.

“Oo Faris sedapnya oo” Zarina semakin hampir pada klimaksnya yang kedua.
“Faster Faris I’m coming, I’m cummiingg!! Aarrghh!!”

Badannya kejang semula sambil melonjak ke atas. Tangannya meronta-ronta seperti orang yang sedang lemas di dalam air, mulutnya tercungap-cungap seperti orang yang kekurangan udara, dan matanya terpejam kuat sehingga menitis air matanya. Kemudian badannya rebah semula ke atas katil.

“Oohh oohh” suaranya semakin perlahan.

Katil itu basah dengan peluh kami berdua, sementara air maninya mencurah-curah di antara celah kangkangnya. Tetapi aku masih belum selesai lagi dengan Zarina. Aku meluruskan semula kakinya untuk merapatkan lubang farajnya. Dayungan batang aku semakin laju dan kuat. Batang zakar aku sekarang bergesel dengan kuat pada kesemua dinding farajnya sambil air mencurah-curah keluar. Aku dapat merasakan yang kedua-dua telor aku sudah penuh dengan air mani dan menunggu masa untuk terpancut keluar.

“Sayang.. Sayang, I’m gonna cum inside you. I’m gonna cum inside you now. Now.. NOW!!” Dengan sekuat hatiku, aku memancutkan air maniku terus ke dalam rahimnya.
“Uugghh! Uugghh! Uughh!!” jeritku dengan setiap pancutan panas spermaku.

Zarina klimaks lagi buat kali ketiga apabila rahimnya telah dibanjiri oleh air mani panasku. Sekarang kedua-dua badan kami rebah di atas katil yang basah dan berbau seks itu. Kami mengambil nafas panjang sambil berkucup-kucupan dengan penuh berahi. Aku memeluk Zarina dengan begitu erat sekali.

“Sayang, you were wonderful. I love you so much ” aku ucapkannya kepadanya sambil tidak berhenti-henti mengucupnya.
“Faris,” jawab Zarina manja.
“That was the BEST fuck I ever had in my life” sambungnya sambil tersenyum.

Akupun senyum padanya kembali. Saat itulah yang aku tahu bahawa walaupun Zarina adalah isteri Kamal, tetapi dia sekarang adalah milikku. Zarina meletakkan kepalanya di atas dadaku sambil memejamkan matanya dan menarik nafas panjang. Tidak sampai lima minit, dia kemudiannya tertidur dalam pelukanku. Aku merenung Zarina untuk seketika sebelum aku pun menidurkan diriku bersamanya. Aku tidak melepaskan pelukanku yang erat sepanjang masa aku menidurinya.

Apabila kami bangun dari tidur, jam telah menunjukkan pukul dua belas tengah hari. Oleh kerana kami tidak memasang air-con bilik tersebut pada awal pagi tadi, badan kami basah dengan peluh masing-masing akibat panas cuaca tengah hari. Bau bilik tidur Zarina tidak ubah seperti bau sarang pelacuran. Seperti biasa, batang zakar aku keras dan tegang selepas aku tidur. Zarina yang perasan kekerasan batang aku itu menyahut pelawaannya.

Dia memanjat duduk ke atas badanku yang sedang telentang di atas katil dan memegang batang zakar aku dengan tangannya. Kemudian, dia mengangkangkan kakinya di atas batang zakar aku dan dengan perlahan menurunkan badannya ke bawah. Batang zakar aku yang semakin keras itu dengan perlahan dimasukkannya ke dalam lubang faraj yang sedang lapar itu. Kali ini giliran Zarina pula yang mengambil control. Pada awalnya, pergerakkannya turun naik adalah perlahan sambil dia memperbetulkan posisinya supaya batang zakar aku bergesel dengan G-Spotnya. Apabila dia telah mencapai posisi yang selesa, lonjakkannya turun-naik semakin laju dan semakin kuat.

“Eerrghh!! Eergghh!! Eerghh!!” jeritan Zarina lebih liar berbanding sesi pagi tadi.

Semakin lama semakin lemas Zarina dalam kenikmatan seks kami. Aku terpaksa memegang pinggangnya untuk memberbetulkan balancenya supaya dia tidak terjatuh dari lonjakannya yang liar itu. Kedua-dua payudaranya melonjak naik turun mengikut rhythm badannya seperti belon yang berisi air. Rambutnya yang panjang terbang melayang. Peluhnya memercik turun dengan seperti air hujan.

Setelah hampir sepuluh belas minit Zarina menunggangku seperi menunggang seekor kuda liar, akhirnya kami berdua sampai ke klimaks hampir serentak. Badannya kejang seperti orang kena kejutan elektrik dan kemudian rebah jatuh ke atas badanku keletihan. Walaupun sesi seks kami kali ini hanyalah beberapa minit sahaja, tetapi keletihannya jauh lebih dirasai dari pagi tadi. Setelah kembali dengan tenaga masing-masing, kami turun ke bawah dan Zarina menyediakan spaghetti bolognese untuk makanan tengahari.

Dia hanya berpakaian baju tidurnya tanpa berseluar dan aku pula hanya memakai seluar dalamku. Sepanjang makan tengahari, kami bermain-main dengan spaghetti kami dengan permainan erotik. Kadangkala aku sengaja menumpahkan speghetti aku ke atas payudara dan farajnya dan kemudian menjilat-jilatnya semula ke dalam mulutku. Zarina pun berbuat perkara yang sama ke atas batang zakarku. Dalam sekejap masa sahaja, kami dalam keadaan berbogel semula dalam posisi 69 menikmati kemaluan masing-masing di atas lantai dapurnya.

Aku memancutkan air mani aku ke dalam mulutnya dan dia menyedut dan menelan setiap titik. Kemudian, Zarina membertahu aku bahawa inilah kali pertama dia merasai air mani seorang lelaki. Selama ini, Kamal tidak pernah mengajarnya dengan oral sex. Setelah habis ‘makan tengahari’, kami bergerak ke living hallnya pula. Zarina memasang CD “Kenny G” dan kami saling beramas-ramasan, kucup-berkucupan dan menjilat-jilat antara satu sama lain di atas kerusi panjang. Apabila keadaan kembali menjadi hangat semula, kami menyambung sesi 69 di atas karpet rumahnya.

Kami akhirnya jatuh tidur kepenatan di atas karpet rumah Zarina bertatapkan kemaluan masing-masing. Jam empat petang, aku dikejutkan oleh Zarina..

“Bangun Faris. You have to go,” jelasnya.
“Aku terpaksa ambil anak-anakku dari nursery lepas tu Kamal akan pulang. Tapi sebelum tu, tolong aku kemas”

Aku menolong Zarina mengemas dapur dan bilik tidurnya. Cadarnya penuh dengan tompokkan air-air seks kami. Zarina terus menukar cadar katil dengan cadar yang baru. Setelah selesai mengemas bilik tidur, kami akhirnya masuk ke dalam bilik air untuk mandi. Kami memandikan dan menyabun diri masing-masing dengan gerakan yang erotik di bawah aliran air shower. Keadaan menjadi semakin erotik dan kami bersetubuh buat kali kelima di dalam shower itu. Setelah selesai membersihkan diri masing-masing, aku mengenakan pakaianku semula dan bersiap sedia untuk pulang.

“Thank you kerana sudi spent time with me today, sayang,” aku ucapkan kepadanya semasa aku hendak keluar.
Zarina tersenyum, “Well, it’s not that I have a choice, do I?”.

Aku tertawa dengan sindirannya. Dengan perlahan aku mengucup bibirnya sekali lagi dan mengucapkan goodbye. Mulai dari saat itu, perhubungan aku dengan Zarina lebih erat dari suami isteri lagi. Hampir setiap hari aku menyetubuhinya. Samada aku akan akan pejabatnya waktu lunch break atau dia akan menemuiku. Tak kiralah samada di bilik setor, di pantry, di dalam tandas, mahupun di dalam bilik bos, kami akan melepaskan nafsu masing-masing di mana sahaja ada ruang kosong dan sunyi.

Dua minggu kemudian, kami akan berjumpa sejam sekali sehari di apartmentku. Aku telah memberikan kunci kepadanya supaya senang dia berkunjung. Selalunya kami akan menonton Video CD porno sambil memainkan semula adigan-adigan seks tersebut. Perhubungan sulit kami berterusan sehingga hampir setahun lamanya. Satu hari, setelah selesai kami melakukan hubungan seks di apartmentku, aku memeluk Zarina dengan erat sambil berbisik ke telinganya..

“Ina, I miss you so much” Zarina memandang ke arahku.
“Miss me? Hai.. Bukan ke hari-hari I datang ke apartment you ni, itupun rindu lagi ke?”
“Sayang, kita sekarang hanya mencuri-curi masa untuk berjumpa. Itupun sekejap saja during lunch break”.
Aku membuka cerita, “Ingat tak tahun lepas, sayang, masa I mula-mula menyentuh you di rumah you masa you MC Hari tu?” Zarina tersenyum sambil memejamkan matanya.
“I will never forget the moment, Faris”
“That is what I miss, sayang. I don’t want to spent an hour making love, tapi the whole day, even a whole week kalau boleh,” aku menerangkan kepadanya.
“Difficult,” jawab Zarina.
“Even now, Kamal dah mula suspicious. Rasanya, it is impossible untuk you datang rumah I lagi” Aku terus duduk dan memegang tangannya.
“I bukan fikirkan rumah you, sayang. Apa kata kalau kita take a long break dan pergi vacation somewhere for a week”
“Vacation? The two of us?” Zarina menggelengkan kepalanya.
“You dah lupa ke pada suami dan keluarga I?”
“Dia orang tak perlu tahu yang you pergi vacation. Cakap pada Kamal you kena outstation pasal kerja”, terang I.

Pada mulanya Zarina agak keberatan, tetapi setelah aku pujuk, akhirnya dia bersetuju juga. Kami merancang dengan teliti program kami. Zarina memohon untuk menghadiri kursus management selama seminggu kepada majikannya. Setelah puas mencari, akhirnya Zarina dapat register pada satu seminar public management di Berjaya Langkawi Beach Resort. Aku pula mengambil cuti rehat selama seminggu pada tarikh seminar tersebut.

Kami sengaja mengambil flight yang berasingan ke Langkawi pada hari tersebut. Aku pergi dulu pagi itu dan kemudian menunggu Zarina di airport. Kapal terbangnya tiba waktu tengahari. Aku menjemputnya dan kemudian kami terus check-in di Berjaya. Zarina pergi berjumpa dengan urusetia seminar dan membatalkan penyertaannya. Di Langkawi, kami seperti sepasang kekasih yang paling intim sekali lebih intim dari sepasang suami-isteri yang baru berkahwin.

Dua malam pertama vacation, kami terperap di dalam chalet berasmara siang dan malam. Kami tidak keluar bilik langsung. Even makanan kami di hantar melalui room service. Di hari-hari berikutnya kami menjadi lebih adventurous. Kami keluar bersiar-siar di hutan (Berjaya Langkawi dibina di sekeliling hutan seperti suasana kampung) dan melakukan persetubuhan apabila tiada orang melihat. Kadang-kadang pada waktu malam, kami akan berjalan di pesisiran pantai dan kemudian melakukan persetubuhan di situ di bawah sinaran bintang-bintang yang samar.

Setiap hari kami akan melakukan seks sekurang-kurangnya tiga atau empat kali sehinggakan air mani aku kering terus dan tidak keluar lagi apabila aku klimaks. Aku tidak dapat lupakan pengalaman aku dengan Zarina selama seminggu di Langkawi. Terlalu banyak sexual adventure yang kami terokai. Mungkin aku akan ceritakannya satu persatu dalam kisah-kisah yang lain. Tetapi perkara yang betul-betul terkenang di fikiranku hingga kini adalah pada malam terakhir kami di Langkawi. Setelah selesai makan malam di sebuah restoran yang romantik, kami pulang ke chalet cinta kami. Sebaik sahaja kami masuk ke dalam bilik, aku terus memeluk Zarina dari belakang dan mencium lehernya dengan rakus.

“Faris” Zarina ketawa kecil dengan tindakanku itu.

Dia kemudiannya memusingkan badannya ke arahku dan mengucup bibirku. Tanpa membuang masa lagi, aku terus mengangkat tubuh badannya dan membaringkannya di atas katil. Dengan perlahan, aku menanggalkan pakaiannya sambil meraba-raba tubuh badannya. Zarina pun berbuat perkara yang sama padaku. Setelah hampir sepuluh minit kami bermain-main di atas katil, kami sudah menanggalkan semua jenis kain yang ada pada tubuh kami. Faraj Zarina sudah basah dengan air mazinya sementara batang zakarku telah tegang pada tahap maksimumnya. Aku mendudukkan diriku di atas hujung katil sementara Zarina masih telentang menghadapku. Aku mengangkat kaki Zarina ke atas dan menyandarkannya ke atas badanku dan bahuku. Dengan perlahan aku memasukkan batang zakar aku ke dalam lubang farajnya yang sedang menanti.

“Hmm” bunyi Zarina begitu manja sekali sambil memejamkan matanya tersenyum menikmati batang zakar aku di dalam farajnya.

Dengan perlahan, aku memulakan pendayunganku. Tetapi nikmat persetubuhan kami malam itu tiba-tiba terganggu dengan bunyi telefon bimbit Zarina.

“Fuck!” katanya dengan perasaan geram tatkala terkejut dengan bunyi telefonnya.
“Lupakan, sayang” bisikku padanya.

Zarina menoleh ke arah telefon bimbitnya dan dengan tiba-tiba air mukanya berubah menjadi pucat. Aku turut menoleh dan pada waktu itu aku nampak nombor telefon yang terpampar di skrin telefon bimbit Zarina adalah dari rumahnya sendiri. Zarina tidak menjawab pada mulanya dan membiarkan telefon itu berdering. Aku masih lagi mendayung batang zakarku ke dalam lubang faraj Zarina sepanjang telefon itu berdering.

Setelah hampir dua minit, akhirnya ianya pun senyap. Tetapi mood Zarina sudah berubah. Dia kelihatan gelisah dan masih merenung telefonnya. Aku cuba menenteramkannya semula dengan meramas-ramas payudaranya dan menghunus batang zakar aku lebih dalam. Tetapi usaha aku tidak berjaya tatkala telefon itu berdering sekali lagi. Kali ini Zarina tersentak seolah-olah seperti suaminya berada di dalam bilik itu. Setelah berfikir dua tiga kali, akhirnya Zarina mencapai telefonnya sebelum aku dapat berkata apa-apa.

“Hello,” jawab Zarina.
“Oohh.. Abang”

Walaupun aku tidak mendengar siapa yang berada di sebalik talian telefon itu, aku tahu ia adalah Kamal.

“Ina baru balik dari closing seminar ni,” suaranya menggeletar menjawab.
“Baru ni balik ke bilik” Zarina menipu suaminya.

Tiba-tiba Zarina tidak berkata apa-apa. Kamal memberitahu isterinya sesuatu yang panjang. Zarina dengan penuh konsentrasi mendengar kata-kata suaminya itu tanpa tidak sedar yang aku masih mendayung batang zakar dengan perlahan keluar masuk lubang farajnya.

“Abang, janganlah kata begitu”, suara Zarina lembut. Matanya sudah mula berair.
“Ina masih cintakan Abang. Abanglah satu-satunya kasih dan sayang Ina”, Air matanya sudah mula menitik. Aku tidak tahu samada dia bercakap ikhlas pada suaminya ataupun berbohong.
“Ina lah sebenarnya yang banyak berdosa dengan Abang”, Zarina sudah mula menangis.
“Abang tak ada apa-apa dosa dengan Ina. Inalah yang bersalah”, dia merayu ke dalam telefonnya.
“I know. I really miss you too, my love”, bisiknya ke dalam telefon.
“I love you too”, kata-kata Zarina terakhir pada suaminya sebelum dia mematikan telefon bimbitnya.

Dia kemudiannya terus menangis. Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh Kamal kepada isterinya itu tetapi aku tahu ianya telah menyentuh hati kecil Zarina. Aku meletakkan kaki Zarina di atas katil semula dan dengan perlahan memeluk tubuhnya. Dalam pelukanku, Zarina mengucapkan sesuatu padaku yang pahit aku penah dengari..

“Faris, I cannot go through this anymore. Aku sudah tidak sanggup menduakan suamiku lagi. Kamal seorang suami yang baik, Faris. Please understand”

Agak susah untuk aku menerimanya, tetapi setelah termenung seketika, aku terpaksa akui yang Zarina bukannya milikku selamanya. Aku merenung mata kekasihku dengan penuh kasih sayang. Dengan perlahan, aku mengundurkan batang zakarku dari lubang farajnya. Tetapi tiba-tiba Zarina berkata..

“Faris, don’t”, dengan perlahan Zarina memeluk punggungku, dan menolaknya kembali menyebabkan batang zakar aku kembali masuk ke dalam lubangnya.
“Faris” Zarina berkata perlahan.
“I want you to make love to me tonight. Tapi kau mesti faham bahawa malam ini adalah malam terakhir buat kita berdua. Selepas dari malam ini, kita sudah tidak ada apa-apa lagi”
“Tetapi aku nak kau tahu”, sambung Zarina, “Bahawa aku tidak pernah merasai nikmat cinta sebegitu indah sebagaimana aku merasainya bersama kau dalam satu tahun kita bersama”
“Aku tidak merasainya walaupun dengan Kamal. But painful as it is, it has to end tonight”, Zarina mengakhiri ayatnya sambil air matanya berlerai turun.
Aku memeluk kekasihku itu dengan penuh erat, “Oohh sayangku” keluhanku padanya.

Aku mengucup bibirnya dengan perlahan sambil meneruskan pendayunganku. Sepanjang persetubuhan kami malam itu, tidak satu pun suara kedengaran dari kami berdua. Zarina menutup matanya sambil menikmati dayunganku buat kali terakhir. Apabila kami berdua mencapai klimaks, kami menguatkan pelukan dengan lebih erat lagi tanpa mengeluarkan satu keluhan pun.

Malam itu aku memancut air maniku dengan banyak sekali ke dalam rahim Zarina, sebagaimana yang aku rasai sewaktu pertama kali kami bersetubuh. Walaupun setelah selesai persetubuhan kami, aku tidak mencabut keluar batang zakarku dari lubang farajnya. Aku membiarkannya berada di dalam tubuh Zarina sepanjang malam. Kami tidur dalam pelukan masing-masing sambil kedua-dua tubuh kami bersatu.

Tatkala siang menjelma keesokkan harinya, tubuh kami masih lagi bersatu. Tetapi aku tahu bahawa segalanya telah berakhir. Dengan perlahan aku mengeluarkan batang zakar aku dari farajnya. Kami mengemaskan diri dan pakaian masing-masing secara berasingan. Lazimnya, kami sudah melakukan persetubuhan di waktu pagi samada di atas katil atau di bilik air. Kali ini ianya tidak berlaku. Aku dan Zarina mandi berasingan.

Aku check-out dari resort itu dahulu kerana flight aku adalah flight pagi. Semasa di dalam kapal terbang, aku sudah rindukan Zarina. Apabila sampai di Subang, aku mengambil keputusan untuk menunggu Zarina. Aku menunggunya hingga ke tengah hari apabila flightnya touch-down. Tiba-tiba aku terlihat Kamal membawa ketiga-tiga anaknya untuk menjemput isterinya. Beberapa minit kemudian, Zarina keluar dari balai ketibaan disambut oleh keluarganya.

Zarina mencium tangan suaminya, dan kemudian Kamal mencium pipi Zarina. Mereka berpelukan antara satu sama lain seperti satu keluarga bahagia. Aku hanya memerhatikan keluarga Zarina dari jauh. Pada ketika itu aku berasa kesal dan sedih ke atas Kamal. Dia memang seorang rakan yang baik kepadaku. Dia banyak menolong sejak kami berdua dari kecil lagi. Tetapi aku telah membalas jasa-jasa baik kawan karibku dengan meniduri isterinya. Aku meninggalkan lapangan terbang itu dengan hati bercampur sedih dan juga gembira.

Sejak daripada itu, aku dan Zarina sudah tidak mempunyai apa-apa hubungan lagi. Aku cuma menjumpainya di waktu gathering rakan-rakan kami. Pada mulanya agak sukar untuk kami menerimanya, tetapi semakin hari semakin dapat adjust seperti mana keadaan sebelumnya. Cuma sesekali aku terlihat perasaan rindu Zarina kepadaku di dalam matanya.

CERITA DEWASA TERBARU | Ngentot Isteri Teman (Berbagi Isteri)


Cerita Seks ML dengan Isteri Teman
Sebuah kisah seks cukup gila, seorang suami meminta temannya untuk ngentot dengan isterinya sendiri agar isterinya bisa hamil dan punya anak. Bagaimana kisah dewasa gila ini, selengkapnya mari kita simak kisahnya berikut ini!

Aku punya teman (ah… ah.. ah…). No, ini bukan lagunya duet ratu. Aku punya teman baik, kawan karibku di kantor. Sekarang dia sudah pindah ke kantor lain yang menawarkan offering lebih bagus. Tapi kami masih berhubungan baik karena kami berdua punya side job sebagai fotografer pre-wedding. Dari sinilah aku jadi akrab dengan keluarganya, meskipun sebaliknya tidak. Aku yang tinggal sendiri merantau di Jakarta tidak banyak yang bisa dishare ke temanku ini, malah justru mereka yang kuanggap sebagai keluargaku. Dengan keakraban kami, aku juga kenal baik dengan istrinya. Mereka menikah 3 tahun yang lalu. Namun hingga kini belum dikaruniai dengan buah hati oleh Tuhan.

Mereka seringkali ribut dan kawanku ini suka curcol soal hal ini. Hingga suatu ketika, sehabis sesi foto prewedding di daerah Pantai Indah Kapuk, kawanku berkata “Bro, gw udah kenal lo berapa lama sih?” “Ya dari gw masuk PT XYZ, lo kan udah lama disana yang punya kantor. mmmm… berapa lama ya? 5 tahun kali?” “Iya, selama ini gw udah nyaman banget bareng sama lo, kerja sama lo, gila2an juga sama lo” Heummmm… apaan nih, jangan2 ntar dia bilang, dia gay trus suka sama gw x____X. “Wah kenapa nih bro, tumben2an lo aneh begini?”*

“Gini bro, gw ada satu permintaan sama lo. Lo tau kan gw sama istri gw udah 3 tahun married tapi belom punya anak. Gw berdua udah cek ke dokter dan kondisi gw sama istri gw sebenernya sehat kok” “Yaaaudahalaaah” kupikir dia mau bilang apaan. “Mungkin emang belom dikasi sama Tuhan, kali lo disuruh senang-senang dulu bro, lo berdua kan kerja, jabatan oke, gaji juga oke, lo berdua bahkan sering jalan-jalan keluar negeri” Memang betul bahwa karibku dan istrinya ini dari segi karir sukses luar biasa. Sejak pindah ke kantornya yang baru, dia langsung melejit bisa menduduki posisi Senior Manager yang sangat diandalkan oleh Dewan Direksi. Istrinya pun begitu, selalu dengan gampangnya memuluskan deal-deal perusahaan, maklum istrinya bekerja di bidang distribusi komponen pembangkit listrik. Kebayang dong margin mereka gimana?

“Yaaah bukan gitu bro, gw ngerasa hidup gw hampa aja gak ada anak, istri gw juga ngerasa begitu.” “Yah, terus gimana bro, mungkin lo coba usaha lagi aja selama 1 tahun maybe” “gak bisa bro, istri gw udah nyerah”. “Oookkkeeeey, trus permintaan apaan yang lo maksud?” “Gini….” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya. “Gini….” “eaaaahhhh…. lama daaah” “Iye iyeee, gini, gw minta bantuan lo untuk bikin istri gw hamil.” And I said WHATTT???? “Serius bro, lo jangan becanda deh, aneh2 aja.” aku terhenyak mendengar permintaan dia. Gila aja, ini kan sama aja aku menghianati karibku sendiri, seseorang yang sudah kuanggap kakak. “Seriusan ini…. gw udah diskusi panjang lebar sama istri gw soal ini.”

“Gak bisa lah bro, gila aja lo, gw bukannya gimana2, cuma men, lo sama gw kan udah temenan lama, gw udah anggap lo kayak abang gw sendiri, mmmm…. gak ada alternatif lain apa? misalkan bayi tabung?” “gak lah, bayi tabung kemahalan, gw udah konsul sama beberap dokter di Indonesia sama di Singapore, biayanya gede banget, bisa dapet Honda Jazz gw, belum lagi rasio keberhasilannya cuma 65%. Gw gak bisa ambil chance cuma segitu” Kawanku ini seorang akuntan yang handal, semuanya diperhitungkan dari sudut pandang matematis. Pernah kami backpackeran ke Indonesia Tengah (Bali, Lombok, Flores, Timor) yang ada kalo backpackeran kan ngegembel, seadanya duit. Ini dia nggak, semua tercatat rapi, tips tukang parkir, biaya kereta, biaya ferry dll.

“Yaaa, apakek, mmm…. adopsi gimana?” “nggak lah, kita gak tau orang tua si anak ini kayak gimana” “Yang nentuin sikap anak itu bukan siapa ortunya, tapi lingkungan dia? gw yakin kal… ” kawanku sudah memotong tidak mau mendengar “Gini bro, gw bukannya sembarangan minta tolong sama lo, gw udah tau background lo, gw diam-diam research tentang lo, keluarga lo, riwayat medis lo *jangan tanya gimana caranya*, ditambah lagi, gw udah kenal sama lo udah lama banget, lo orangnya gak macem-macem yaaah bandel2 dikit okelah cuma kan gak parah2 amat, lo kenal baik sama istri gw, lo kenal sama bokap nyokap gw, adek-adek gw. Ya kalo lo mau masuk Kartu Keluarganya bokap gw, pasti dengan senang hati mereka nerima. Intinya, gw udah bicarain masalah ini panjang lebar, pro-kontra, konsekuensi dan segalanya sama istri gw dan kita berdua setuju”*

“Oke, kalo boleh tau emang yang milih gw siapa, lo apa istri lo?” “kita berdua spontan kalo nggak ada kandidat yang lebih tepat selain lo” Wah terharu aku mendengarnya. “Gw gak bisa mikir sekarang nih bro, lo boleh kasi gw waktu buat mutusin ini gak? ini rada aneh dah permintaannya.”

Diam-diam setan, aku memang mengagumi istri kawanku ini. Bisa dibayangkan lah wanita muda, mmmm gak terlalu muda sih karena umurnya sekarang sudah 32 tahun, umurnya beda 5 tahun dengan umurku, berpenampilan layaknya eksekutif muda, setiap kali bertemu kalau dia menjemput kawanku ini, dia selalu menggunakan blazer kantoran yang justru menonjolkan sex appealnya. Kulitnya tidak terlalu putih, namun bersih, rambutnya dipotong sebahu, badannya juga gak terlalu langsing. Tingginya semampai, ideal jika diperhatikan mungkin tingginya sedaguku. Tapi the main attractionnya adalah her boobs. Her big melon boobs. Aku perkirakan mungkin ukurannya sudah 34D. Mungkin juga besarnya ini ditunjang oleh body mass dia yang memang tidaklah kurus. Bahkan dalam balutan blazer kerja resmi pun yang sangat tertutup, siluet bongkahan gunung kembarnya seperti menyihir untuk memandangi.

Makanya setiap kali aku ngobrol dengan istri kawanku ini, aku selalu fokus dengan ngobrol sambil melihat ke pangkal hidungnya. Aku terlalu takut untuk eye contact, tapi juga tidak mau mataku jelalatan ngeliatin toket gedenya. by the way, namaku Rendi, karibku ini bernama Wein sedangkan istrinya bernama Rini.

Sudah hampir dua minggu aku memikirkan hal ini tidak kunjung tuntas. Aku tau gimana nikmatnya menggenjot tubuh Rini dengan sepenuh nafsu, apalagi udah dapet izin dari suaminya. Namun aku masih merasa ada yang mengganjal. Aku tetap merasa tidak enak dengan Wein. Wein ini baik sekali denganku, benar-benar seperti abang sendiri. Sudah tidak terhitung berapa kali dia meminjamkanku uang untuk utang2ku, meminjamkan mobilnya, meminjamkan peralatan kameranya. Bahkan bisa dibilang, side job fotografer pre-wedding ini modalnya 90% dari dia sedangkan aku modal dengkul saja.

*TINUNINUNG* BBku berbunyi tanda pesan baru diterima. Dari Wein. “Bro, gimana nih, udah ada keputusan belom?”. Aku belum membalas, tapi pasti di ujung sana, dia sudah tau kalau aku sudah membaca pesannya. *TINUNINUNG* pesan baru masuk lagi. “Bro, please lah, help me, I have never ask you for any help. Gw bukannya mau ngungkit2 apa yang udah gw pernah bantu ke lo. Tapi please…” Mungkin kalau orang lain yang membaca pesan itu akan terbaca bahwa Wein ini pamrih dalam memberi bantuannya. Namun tidak bagiku, aku tau persis aku sudah berhutang banyak dari kebaikan yang diberikan Wein. “Oke bro, gw setuju. I hope this is not one of your sick jokes.” “GREAT!!!! gw kabarin istri gw.”

Hari itu hari Rabu, kami janjian untuk ketemuan di Plasa Senayan (PS). Aku selalu suka PS, karena gak terlalu crowded, jadinya untuk nongkrong pun enak. Kami janjian di food court. Aku sudah menunggu agak lama hampir 20 menitan, cemilan french friesku pun udah hampir habis, tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang “Hi Ren..!” salam Rini kepadaku dia tiba dengan Wein dari arah belakang. Aku kali ini benar-benar canggung bertemu dengan mereka, tidak seperti biasanya “Eeehh hai.. Mbak” “Mbak? Mbaak? sejak kapan kamu manggil aku Mbak?” protes Rini kepadaku “Grogi dia” celetuk Wein. Dan memang benar, aku lagi super grogi, tanganku seketika berkeringat basah dan aku salting. “Ren, udalah nyantai aja.” “eeeh iya Rin” “Rin? duh kamu rileks deh, sekali2nya kamu manggil aku Rini” Betul, aku selalu memanggil Rini dengan panggilan teteh. Karena dia dan Wein lebih tua daripadaku, lebih tua 5 tahun. x____X

“So…” ujarku “Iya, so….” Rini mengulang kata-kataku dengan penuh semangat dan senyum. Aku sampai takut jangan sampai Wein cemburu, tapi nampaknya Wein oke oke saja. Wein menimpali “Makasih banget bro lo mau bantuin gw, ya yang kayak gw cerita, kita perlu bantuan lo untuk…. untuk…. ya you know” “Iya, gw ngert, trus gimana prosesnya nih. Apa gw dateng tiap hari apa, rutin. lalu ML. atau lo ada di situ ngeliatin gw sama teteh ntar jangan2″ “wueeeh…. ogah meen yang bener aja deh lo jangan gila” kami bertiga terbahak2. No no… gini, gw gak mau tau, arrangementnya antara lo sama Rini aja, kalian janjian dimana, ngelakuinnya dimana, don’t tell me. I don’t wanna know. Ntar kebayang2. Hey men, lo sobat gw cuma kalo ngebayanginnya masih gimana…” canggung deh kita bertiga. Ini dia yang sebenarnya aku takutkan. Aku takut melukai perasaan Wein. Namun mengingat ini permintaan Wein dan Rini sendiri ya mungkin bisa dikesampingkan saja.

Rini kemudian menimpali. “I’ll contact you ya. btw ini ada hubungannya sama masa subur gw, jadi harus dilakuin di waktu yang pas.” aku mengangguk tanda setuju. Malam itu kami lanjut nonton dan pulang ke tempat masing2. *TINUNINUNG* BBMku kemasukan message, dari Rini, “Ren, kamu besok free gak.” “Aku sih free teh, Wein emang kemana?” “Dia lagi keluar kota. “Oke teh, jadi aku ke apartemen aja nih” “Iya you can come”

Lusanya aku tiba di apartemen, sengaja aku bilang Rini kalau aku akan datang lebih cepat mungkin sebelum gelap agar tidak terlalu larut pulangnya. Aku merasakan deg-degan luar biasa. Jujur saja meskipun aku belum menikah, aku sudah merasakan hubungan seks dengan mantan-mantanku dulu. Namun belum pernah kurasakan hal seperti ini, deg-degan luar biasa gak berhenti juga sejak turun mobil dari parkiran, naik ke lift sampai ke pintu apartemennya teteh. Setelah ku pencet bel 3x masih belum ada jawaban, lalu aku mengeluarkan BBku untuk bbmin teteh, namun disaat bersamaan teteh membuka pintu. “Haiiiyy Reeenn, I’ve been waiting for you, come in” Eeeeuuuuhhhh…. senyum teteh bikin hati melted. Aku harus berusaha untuk tidak main hati untuk urusan beginian. “Iya teh, sorry telat, tadi cari bensin dulu” “Yuk masuk”

Rini menyuruh duduk diruangan tengah, di ruang tivi. Didepan tivi terhampar spreadsheet, mirip timing untuk pipeline project, tapi ini beda, ada tanggal yang berulang. Ah! Aku baru sadar, ini adalah siklus haid dan masa suburnya Rini. “Udah research ya Teh, ini kok sampe berantakan gini” “Itu dia Ren, sebelumnya aku mau jelasin ke kamu dulu soal ini” ujar Rini yang datang dari arah dapur membawa soft drink dan diletakkan di meja kecil sebelah sofa tempat aku duduk. Belum sampai Rini sampai ke sofa, aku turun ke bawah mengobrak-abrik spreadsheet yang dibuat Rini, sok sok ngerti lah. Rini pun duduk di sofa setelah meletakkan kaleng soft drink di meja.

Sore itu Rini sangat seksi, dengan rambut diikat ke belakang dengan hanya menggunakan karet, memperlihatkan lehernya yang jenjang dan tengkuknya yang seperti mengundang untuk aku jilati, Rini memakai you-can-see warna putih yang tidak terlalu tipis, namun aku bisa melihat tali BHnya yang berwarna hitam menyembul melingkari pundak. Rendaan bra pun tercetak di you-can-see Rini dari depan melingkar ke belakang. Belum apa-apa aku sudah mikir macam2. Untuk bawahannya dia menggunakan Hotpants yang cukup pendek, celana dalamnya pun terceplak di bokongnya yang semok. Brrrr……. Rini ini benar2 didesain Tuhan untuk menaikkan birahi pria sepertinya. Aku tidak bisa bayangkan gimana Wein tiap hari, tiap malam disuguhi malaikat sempurna seperti ini.

KLOP, jari Rini disentakkan di depan wajahku “Bengongin apaan hayoooo, belom apa2an udah ngayal2″ Anjir, ketauan aku memandangin dia. “Ngggg… nggak kok teh, kagum aja dan iri sam Wein bisa punya istri se-perfect Teteh” ujarku menggombal. “Bisa aja deh kamu. Jadi gini, planning aku, kita cuma ML pada waktu aku sedang subur. yang berarti 14 hari sebelum aku mens. Aku ini mensnya kan selalu tanggal 25an. Jadi ya sebelum2 itu kita ML” Kulihat jamku, melihat bagian tanggalan, masih tanggal 29. “oooo…. kirain mulai sekarang, kan masih tanggal 29 nih teh” “Ya well, aku mau test drive dulu” Apa2an nih maksudnya Rini. “Maksudnya gimana Teh?” “Hhh…. kamu ini lucu ya, super lugu. Kamu tau aku sengaja berdandan gini buat kamu?” AKu semakin bingung. Rini turun ke bawah duduk diatas karpet di sebelahku. Dia memeluk lengan kiriku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.*

“Kamu tau gak sebenernya kenapa kita gak bisa punya anak?” “Iya, Wein juga cerita kok, katanya kalian berdua sehat tapi bingung juga kenapa gak bisa” “Itu sepotong aja ceritanya, kamu tentu ingat kecelakaan yang Wein alami 2 tahun lalu” Aku kemudian flashback, semuanya menjadi jelas sekarang. 2 tahun yang lalu, Wein terlibat kecelakaan parah di Cipularang. Bukan… bukan tempat kecelakaannya Saipul Jamil ntar dikira jadi cerita hantu. Saat melaju kencang disebuah turunan, mobil Wein diserempet oleh mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri, mobil Wein oleng dan menabrak pembatas jalan sampai mobilnya terbalik berkali2 sebelum akhirnya berhenti terbalik setelah menabrak kaki sebuah jembatan penyebrangan di atas tol. Kondisi Wein luka parah, beberapa tulangnya remuk khususnya pinggul kiri ke bawah. Tubuh bagian atas Wein sama sekali tidak rusak, namun pinggul hingga kaki kirinya harus di operasi beberapa kali hingga perlu diterbangkan ke rumah sakit di Singapura.

“Iya aku tau teh, apa gara-gara itu We…” Rini mengangguk, aku terlalu takut untuk melanjutkan pertanyaanku, takut membuat sedih Rini. “Sejak itu Wein kehilangan fungsi seksualnya. Dia tidak bisa “bangun” lagi. Dan ejakulasi yang dia dapat hanyalah saat dia mimpi basah. Karena kecelakaan yang dia alami, dia tidak bisa menghasilkan sperma yang bagus. Dia tentu saja gak akan jujur ke kamu kalo aku tidak bisa hamil karena dia. Selama ini aku berhubungan dengan Wein hanya sebatas petting saja, atau dia memasturbasikanku dengan dildo2 yang dia beli. Aku cinta Wein, namun aku ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Dan selain itu, wanita mana sih yang gak ingin punya anak.” Aku terhenyak mendengarnya. “Iya Teh, aku ngerti kok” Setelah beberapa lama, wajah *Rini menjadi ceria kembali, saking cerianya menjadi lusty lagi. “So, Ren. Kamu mau kan muasin aku. Cuma kamu yang aku dan Wein percaya. Aku tau Wein pasti sakit hati dengan hal ini tapi ini justru usulan dari dia” “Iya Teh”.

Kami berpandangan beberapa lama, kemudian aku beranikan diri mendekatkan bibirku ke bibir Rini. Rini menyambutku dengan penuh nafsu, tangannya langsung memelukku dan badanku langsung ditindih saat posisiku masih terduduk di atas karpet. Dengan canggung aku hanya menempatkan kedua tanganku di pinggang Rini. Ciuman kami penuh nafsu, seperti dua pasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kami saling berpacu berciuman, saling berebutan bibir atas, bibir bawah, main lidah dst dst. Perlahan tanganku dibimbing untuk meremas buah dadanya. Buah dadanya yang sangat besar. Tangan kananku melakukannya dengan sangat baik. Good Job! tangan kiriku melingkar meremas pantatnya yang sangat seksi. Sesekali kami bergulingan diatas karpet.

Setelah kami berdua ciuman dengan hotnya sampai bibir kami berdua nyut-nyutan, Rini melepaskan ciumannya. “Kamu tau, aku selalu kagum sama kamu Ren, sejak pertama kali ketemu. Tapi ya apa mau dikata, aku ini istri orang, tapi look here we are now.” Aku hanya bisa tersenyum, kalo lagi sange gini biasanya otakku berhenti bekerja, jadi mendingan diam saja daripada ngomong hal bodoh. Lalu Rini, beranjak berdiri dan berkata “You ready to fuck me?” “Mmmmmm…. aku gak janji Teh, aku takut gak mampu. Lagian kan aku udah anggep Teteh kayak kakak sendiri.” Rini turun kembali dan meremas celana jeansku di bagian kontolku. “Katanya si Junior nggak tuh” sambil tersenyum nakal. Rini berdiri kembali dan berjalan ke arah kamar tamu. “Jangan lama-lama ya nyusulnya” sambil membuka pintu kamar tamu dan menghilang ke dalam.

Aku setengah sadar langsung berdiri menuju tas ranselku yang tadi kuletakkan dekat rak TV, segera bongkar celanaku, celana jins dan celana dalamku dan berganti dengan celana boxer longgar andalanku. Ku berjalan menuju kamar tamu dan mengetuk sebelum masuk. Entah apa yang kupikirkan, aku masih berpikir harus bertingkah sopan kepada Rini. Begitu aku masuk, aku menemukan Rini sudah merebah di atas kasur, kasur yang biasanya kutiduri kalau aku menginap disini. Rini sudah menanggalkan you-can-see dan hotpantsnya. Yang tertinggal ditubuhnya hanyalah BH yang sepertinya kekecilan karena terlihat seperti tidak bisa menampung toket Rini yang besar, dan G-string. Rini bertumpu dengan sikunya di punggung. “Buka dong kaosnya…” setelah kubuka kaosku, aku menghampiri Rini dengan merebah di sampingnya kirinya. Rini mengubah posisinya menjadi menghadapku. Jarinya yang lentik mulai bermain-main mulai dari dadaku, turun ke bawah, masuk ke celana, pas hampir sampai di kontolku yang sudah super tegak seperti mau meledak, Rini tarik lagi jarinya keatas.

Rini kemudian menciumi badanku, menjilati putingku, aku mulai merasakan nafasku menjadi tidak beraturan. Sudah horny super bos. Sambil menciumi puting kiriku, Rini kemudian menaiki badanku, menunggangiku layaknya joki diatas kuda, memeknya yang masih tertutup G-string *di gesek-gesekan ke kontol tegangku yang juga masih tertutup celana. Aku meremas kedua bongkah pantat Rini dan sesekali membimbing gerakan pinggulnya. Rini tampaknya menikmati yang kulakukan. Cukup lama Rini menciumi putingku, bergantian kiri dan kanan, ciumannya mulai naik ke leher dan kami pun berciuman kembali. Ciuman kami sama panasnya seperti ciuman di sofa tadi. Sesekali Rini melepaskan nafasnya seakan itu yang dia tahan selama ini. Tangannya menjambaki rambutku, pinggulnya masih bergoyang. Pettingan ini kami lakukan cukup lama. Kalau Rini memang Test Drive, aku mungkin memang harus memuaskan dirinya sampai pol. Rini semakin blingsatan menciumiku, gerakan pinggulnya semakin menjadi, mengalahkan bimbingan tanganku.

Aku pun merubah posisi, kami berguling dan kini Rini berada dibawah ku, ku gesek-gesekkan kontolku ke memek Rini. Kakinya yang jenjang melingkar menjepit pinggulku sebagai reaksi gesekanku. Semakin kuat aku menggeseknya, semakin kuat pula jepitan. Sampai akhirnya seperti Rini membantingku ke sisi dan kami bersebelahan dan jepitannya makin kencang dan bergetar jambakannya juga semakin mejadi. “AaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAaaahhhhhhh…….hhhhhhhhhhh ……..” Rini sedang orgasme. Orgasme Rini ditutup dengan exhale nafas panjang Rini dan dilanjutkan dengan ciuman mesra ke bibirku. Mukaku merah padam, bahagia rasanya bisa memuaskan Rini. “Gimana Teh, barusan O ya” “Ouuuwhhh iyaaaah…. udah lama aku gak ngerasain O kayak begitu, bahkan kontol kamu pun belom masuk.” Rini kembali menciumi bibirku, tangannya yang lembut sambil mengelus-elus pipiku. AKu merasakan rasa sayang dari belaiannya, atau memang beginilah perilaku seksual Rini.

“Kamu gak mau nelanjangi aku? Aku masih lengkap gini?” “Jangan dulu Teh, Teteh lebih seksi kalo ada yang nutupin, mau pelan-pelan aja. Btw aku boleh sampe jam berapa ini?” “Terserah kamu aja..mmm… sekuatnya kamu aja…” Rini kembali menciumiku. sungguh luar biasa Rini terus-terusan menggodaku dengan body seksinya. Sambil menciumiku, Rini menggeliat-geliat, menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuhku. Kami berdua bertukar panas tubuh, wajahnya yang nafsuin semakin menambah nafsuku kepadanya. Geliatan Rini semakin menjadi, pelan dan halus namun tau bagaimana menaikkan birahiku. Hingga menggeliat turun, sampailah kepala Rini di depan celanaku. “Buka ya” “terserah Teteh, punya teteh kok” Rini membuka celanaku sama sekali tidak menggunakan tangan, dengan bibirnya dia menarik celanaku turun kebawah. Sampai didengkul celanaku dilanjutkan dipeloroti dengan tangannya. Rini kemudian menunggangiku lagi. Otomatis posisi tubuhnya berputar. Jadi saja kami dalam posisi 69 yang super seksi.*

Aku sudah telanjang bulat sedangkan onderdil Rini masih lengkap. Rini menangkap kontol tegakku. Sesekali dia menciuminya dengan lembut. “Ren, gede amat nih, aku gak yakin muat.” “Yah teh, dicoba aja dulu, diukur pake mulut” godaku. Rini membalas dengan cubitan pelan di pahaku. Rini perlahan menciumi sekeliling kontolku hingga basah dengan air liurnya, kemudian sleebb… masuklah kontolku ke dalam mulut Rini yang di pagari dengan bibir tipis nan seksi. “Mmmmmmhhhhh…… mmmmmmhhhh……mmmmmm…..” sama sepertiku Rini sangat menikmati sepongan yang dia lakukan ke kontolku. Pinggul Rini yang saat ini ada di atas dadaku mulai menggeliat, aku cengekeram pantat Rini dan kuremas2. “Teh, kubuka ya” aku merujuk kepada G-string Rini.. “hhheee *emmmm” tanda persetujuan Rini keluar dari mulut yang masih penuh dengan kontolku. G-String Rini modelnya entah apa namanya, yang pasti hanya dengan membuka satu simpul tali di belakang G Stringnya sudah terlepas.*

Wow… lembah surgawi Rini benar-benar indah, putih dan tidak ada jembut yang tumbuh di sekitarnya, ditambah wangi sekali. Aku tidak langsung menjilati, jempolku mengelus2 area sekitaran bibir memek Rini yang masih basah dari orgasmenya yang pertama tadi. Kemudian kuciumi saja memeknya, lama kelamaan ciumanku berubah menjadi jilatan, tidak ada sudut memek yang luput dari jilatanku. Goyangan pinggul Rini semakin menjadi, jilatanku juga tidak bisa kalah, aku pun semakin menjadi menjilatnya. Rini pun mengimbanginya dengan menghisap, menjilati, menciumi kontolku dengan liar. Bijiku pun tak luput diciumi olehnya. Saat Rini semakin turun ke bawah, aku tau dia mau menjilati lobang sunholeku. Aku menolak. Kutarik tubuh Rini supaya mulut Rini kembali sejajar dengan kontolku dan kuarahkan kontolku ke mulutnya kembali “Jangan Teh, jangan ke situ, aku gak suka” “Okemmm…… mmmm…. Ren, as you wish….mmmmmhhhhmmmm” Ya men, plis deh, dia cium silitku, aku dan dia nantinya ciuman, ya apa bedanya aku cium silit sendiri.

Aku lanjutkan menjilati memek Rini yang semakin basah. Rini juga sudah mulai panas, tanganku dengan lihai bergerak kepunggungnya, membuka kaitan BHnya dan melepasnya. Aku tidak bisa melihatnya namun aku bisa merasakan, toket kencang nan kenyal menekan pinggang depanku. Kutengok ke kananku, ternyata lemari pakaian kamar tamu ada cerminnya. Aku bisa melihat dengan jelas posisi kami benar benar hot. Sambil meneruskan jilatanku, aku merogoh toket Rini untuk kuremas-remas dengan kedua tanganku. Posisinya memang sulit namun sepertinya Rini menyukainya “Teruuuuussss…..mmmmmmhhhmmm…. teruuuss….” Rini menggumam. Setelah berapa lama, dan setelah beberapa sedotan tiba2 paha Rini melingkar erat *memiting kepalaku erat di antara selangkanganku, dan CRrroooooottt……… keluar cairan hangat dari memek Rini. Ternyata dia O yang kedua kalinya, Rini gemeteran menahan Orgasmenya kali ini sambil meremas pahaku dalam posisi membungkuk.*

“AAAaaaaahhhhhhhhh…. ya ampuuuuuuunnnhhhh….hhhhh… kamu hebat banget aku udah dua kali…” Rini langsung berbalik badan dan berkata “Now for the main course-nya ya. Rini jongkok diatas pinggangku, berupaya untuk memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun sudah beberapa detik sepertinya dia kesulitan, aku langsung memeluknya dan berusaha menukar posisi, membantingnya dengan lembut ke kasur dan membuka kedua kakinya. “Iya, main coursenya nih, siap-siap yah.” Ku perlahan mulai memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Memek Rini benar-benar sempit, aku tak mengerti, mungkin karena sudah lama tidak pernah dimasuki kontol, tapi harusnya dengan dua kali O sudah bisa dengan mudah dicoblos. Apa mungkin memeknya yang terlalu kecil dan kontolku yang kegedean. Atau memang keduanya. “Sempit nih Teh” “Lanjutin…. lanjutin… aku gak kenapa2″ dengan satu sodokkan kuat namun perlahan, akhirnya Kontolku bisa menembus liang vagina Rini. “AAAAAAaaaakkkkkhhhh….” jeritan keras Rini dan cakaran di punggungku menyertai tusukanku.*

AKu perlahan mulai genjot, rasanya luar biasa, Rini yang tadinya meringis kesakitan lama-lama terlihat menikmati, makatanya sudah merem melek gak karuan. Nafasnya bersuara tak beraturan dan seirama dengan sodokanku. Dalam posisi ini kami bergumul lama sekali, beberapa kali Rini memiting pinggangku namun aku tetap sodok saja. Lalu Rini mencoba mengganti posisi ingin di atas. Rini mendorong tindihanku dan berbalik memindihku. Semua dilakukan tanpa kontolku terlepas dari memeknya. Gantian sekarang Rini yang memompa kontolku. Sungguh nikmat melihat wanita sesempurna Rini sedang menikmati bercinta denganku. Toketnya yang besar dan kenyal menggandul gandul seiring dengan genjotannya dia. Sesekali Rini pun melenguh dan menghela nafasnya panjang. Jika Rini sudah agak capai, Rini memelukku, namun seringnya dia duduk diatasku memamerkan toketnya yang besar. Tangannya membimbing tanganku agar tetap meremas buah dadanya dan memainkan putingnya. Sesekali aku pun menjilati putingnya.*

Masih dalam keadaan pinggulnya memompa kontolku. Aku beberapa kali berusaha merubah posisi menjadi man on top lagi namun Rini menahan. ia masih ingin menguasai kontolku demi kepuasannya untuk beberapa lama. Tiba2 genjotan rini semakin kencang. Kedua kaki Rini memiting pinggulku dan tubuh Rini ambruk ke tubuhku dan Rini menyerangku dengan ciuman ganas. Rini O ketiga kalinya. Aku semakin nafsu melihat Rini yang sudah O, membalikkan posisi menjadi man on top, mumpung Rini sedang tidak ada tenaga untuk melawanku. “bentar…hhhh… time outtt..hhhh” Ujar Rini menyerah. “Jangan Teh, tanggung, ayo lagi.” Aku kembali menggenjot, tidak tanggung-tanggung aku menggenjot dengan rpm cepat dan konstan, Rini semakin menggila dan berteriak2. Sesekali aku mencumbu bibirnya, menjilati putingnya, menciumi lehernya, menjilati kupingnya. Diperlakukan seperti itu genjotan Rini dari bawah semakin menjadi.*

Saat dipuncak2nya aku keluarkan kontolku. Kutarik tubuh Rini dan kubalik badannya sampai Rini nungging di hadapanku. Disuguhi dengan pemandangan berupa bemper yang sangat seksi, ku langsung masukkan kontolku ke dalam memeknya dari belakang. Ku raih dua bantal untuk menopang tubuhnya dan kumulai genjot kembali. Rasanya dengan posisi ini aku akan cepat keluar. Kugenjot dengan cepaat cepaaat aaaaaahhhhhhhhh “Teeeeeehhhh…. aku mau keluarrrr….” “Iyyyaaa Reeeennnnn…. keluarin ajaaaa” genjotanku kulanjutkan, rasa semriwing disekitar kemaluanku sudah mengumpul namun entah kenapa tidak keluar2 juga. Rini sepertinya sudah menyerah, dia tidak bisa lagi melawanku, akhirnya dia dalam posisi tengkurap, membuang bantal dari bawah tubuhnya dan ambruk ke kasur. Dengan posisiku menindih Rini tanganku melingkar ke depan meraih kedua toketnya. tak luput kembali kuciumi tengkuk dan leher belakangnya. Rini yang sudah tak berdaya masih terangsang dengan ciuman2ku.*

Hingga akhirnya, ledakan itu muncul “TTttttteeeeeehhhhhhh…..AAAAaaaaaaahhhhhhh…… ….” Kubuang semua cairan spermaku. Belum pernah aku selega ini melepaskan spermaku ke dalam liang vagina seorang wanita. Biasanya aku menggunakan kondom ataupun buang diluar. Namun sensasi buang di dalam tanpa kondom memang lebih nikmat. CRrrrrroooooooooooootttt…..crrrrrttttt crrrrrtttttt…. aku bisa merasakan denyutan memek Rini menyambut datangnya sperma2ku. “Enaak ren” “Enak banget Teh” “Bukan, bukan, tadi aku bukan nanya ke kamu, aku bilang ke kamu dientotin kamu itu nikmat banget. Aku beruntung banget setelah sekian lama puasa langsung dapet yang kayak kamu” Posisi kami masih dalam posisi bercinta kami sebelumnya, aku masih menindih Rini dari belakang dengan kontol masih terhujam di dalam namun akhirnya aku ambruk kesamping. Kuciumi pundak Rini, kubelai dengan lembut punggungnya dan kubelai rambutnya yang tadinya sudah berantakan. Kami berdua pun ketiduran.

CERITA DEWASA TERBARU | Cerita Ngentot Isteri Teman (Berbagi Isteri)

Aku terbangun melihat jam sudah di pukul 10.30 malam. Aku melihat kesampingku, Rini tidak ada. Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka, Rini masuk kembali dan langsung menyerangku. Malam itu kami lagi2 bercinta hingga pagi.*

Setelah test drive yang pertama ini kami pun rutin melakukan seks selama lebih dari 1 bulan. Seringnya saat Wein tidak ada di rumah, atau gantian di apartemenku atau kami ke luar kota. Sampai akhirnya berita gembira itu hadir, Rini positif hamil. Wein dan Rini dan juga Keluarga besarnya gembira bukan main. Aku pun senang akhirnya aku menjadi ayah dan juga bisa membahagiakan Wein. Namun biarlah Wein yang mengurus anak ini dengan lebih baik. Aku dan Wein pun masih bersahabat hingga kini. Tapi yang Wein tidak tahu, meskipun sudah lewat 3 tahun Rini berhasil hamil dan melahirkan anak dariku, namun Aku dan Rini masih sering bercinta. Mungkin saja Wein tahu dan membiarkan. Entahlah, aku tak tahu bagaimana mengakhirinya. Bercinta dengan Teh Rini benar2 bikin ketagihan

CERITA DEWASA TERBARU | Cerita Ngentot Isteri Teman (Berbagi Isteri)